Mungkin tidak masuk akal jika seorang juru masak merasa jengkel dan sakit hati apabila apa yang telah dimasaknya terus disajikan diatas meja, habis dilahap oleh orang yang telah memesan makanan tersebut. atau barangkali bisa saja si tukang masak ini kecewa dan sedih apabila masakannya tidak bisa memuaskan hati orang yang menikmati masakannya, kecuali jika tidak rela orang lain menyentuh dan menikmati apa yang telah ia buat.
Yang kita tahu selama ini dalam setiap penyajian, juru masak akan dengan senang hati membuat masakannya bahkan tak jarang media elektronik seperti layar kaca menyiarkan bagaimana cara memasak yang baik,cepat dan nikmat. si juru masak diakhir presentasi masaknya tak ragu untuk mengundang penonton untuk mencicipi dan meminta agar masakannya dimakan sampai habis.
setelah makanan tersebut habis, si juru masak tentunya harap-harap cemas dan bertanya di dalam hatinya " apakah masakan saya enak..????" dan bahkan dengan sengaja sijuru masak bertanya dan meminta saran agar masakannya bisa lebih memuaskan nantiya. Biasanya seorang juru masak alias koki, akan memiliki tingkat kepuasan yang tinggi saat menu yang disajikan habis tanpa sisa meskipun ia sendiri belum mencoba hasil masakannya.
Selanjutnya dalam sebuah perusahaan,pimpinan atau yang menguasai dan bertanggung jawab dengan apa yang dipimpinnya hampir sama dengan kondisi seorang juru masak. bumbu dan bahan yang akan diolah telah disiapkan dan digodok menjadi sebuah kebijakan yang bisa memenuhi setiap hak dan kewajiban karyawannya.
kebijakan demi kebijakan idealnya tentu untuk memberikan kenyamanan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Tujuan dari sebuah perusahaan untuk maju dan berkembang merupakan tantangan yang harus disukseskan oleh semua pihak dalam jangka waktu yang telah disepakati,tentunya peranan seorang pimpinan memiliki posisi penting untuk kemajuan bersama. Ketika apa yang ditargetkan tersebut tercapai,tentunya kepuasan bathin akan mencuat dalam hati si pimpinan karna ia berhasil dalam memanage perusahaannya.
Kondisi ideal ini, mungkin tak jarang menjadi bumerang bagi sebagian perusahaan yang managemen perusahaannya tidak seperti seorang juru masak. Koki menjadi resah,kecewa dan marah saat masakannya dimakan orang lain dengan alasan takut ia sendiri tidak kebagian, susah payah meramu bumbu dan mengolah bahan-bahan makanan menjadi sebuah masakan yang enak dan mengenyangkan, tapi kenapa orang lain yang menikmatinya?.
Bagaimana juga jika seorang pimpinan perusahaan dengan entengnya mengamuk dan marah-marah kepada staf dan bawahannya hanya karena menggunakan biaya kantor yang sudah disusun sebelumnya meskipun penggunaan tersebut sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Ada perasaan takut tidak terpenuhi kebutuhan pribadi atau justru tidak ingin merugi secara finansial apabila kebutuhan pribadi justru harus dibebankan pada anggaran perusahaan, meskipun disadari bahwa ini bertentangan dengan SOP yang berlaku di perusahaan.
Sebaiknya ini menjadi pembelajaran bagi kita semua,bahwa hidup tak ubahnya seperti seorang juru masak, kepuasan akan sebuah hasil yang diharapkan tidak hanya untuk kepuasan diri pribadi,akan tetapi akan lebih sempurnalah kepuasan tersebut apabila orang lain turut merasakan manfaat dari apa yang telah kita lakukan. Semoga ini menjadi telaah kita bersama,bahwa kondisi ini memang ada dan berada disekitar kita.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar