Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (2 – Habis) | Wanbul
Home » , » Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (2 – Habis)

Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (2 – Habis)

Bismillah,,,
SETELAH turun ayat Alquran yang terakhir itu Nabi Muhammad SAW menjalani hidupnya 81 hari lagi. Setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah sambil menangis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu khutbah yang mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi di samping itu juga khutbah yang mengungkapkan harapan- harapan dan peringatan- peringatan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya setelah dekat waktu wafatnya Rasulullah, beliau memerintahkan Bilal supaya adzan, memanggil manusia sholat berjamaah. Maka berkumpullah kaum Muhajirin dan Anshor ke masjid Rasulullah SAW. Setelah selesai sholat dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik ke atas mimbar lalu mengucapkan puji dan sanjung kepada Allah SWT. Dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan, membuat hati dan mencucurkan air mata. Beliau berkata antara lain:

“Sesungguhnya aku ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah dengan izinNya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah ia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qisas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti.”

Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah seorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin’ berdiri di hadapan Rasulullah.

Ukasyah berkata, “Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu, ya Rasul Allah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku berani tampil untuk memperkenankannya. Sesuai dengan permintaanmu. Dulu aku pernah bersamamu di medan Perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau.

“Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; aku tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri?”

Rasulullah menjawab: “Maha suci Allah, ya ‘Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksud memukul engkau dengan sengaja.”

Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, “Ambil cambukku darinya,” kata beliau.

Bilal segera ke luar masjid dengan tangannya diletakkannya di atas kepalanya keheranan sambil berkata sendirian, “Inilah Rasulullah memberikan kesempatan qisas terhadap dirinya!”

Diketuknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam, “Siapakah di luar?”

“Akudatang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah,” jawab Bilal.

“Apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya Fatimah pada Bilal.

“Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang untuk mengambil qisas atas dirinya,” Bilal menjawab.

“Siapakah pula gerangan itu yang sampai hati untuk mengqisas Rasulullah?” tukas Fatimah keheranan.

Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan RAsulullah pun menyerahkannya ke tangan Ukasyah.

Tatkala hal itu dilihat Abu Bakar sidik dan Umar ra, keduanya berkata kepada ‘Ukasyah: “Hai Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu, pukul-qisaslah kami berdua, dan jangan sekali- kali engkau pukul Rasulullah saw!”

Rasulullah menyela dengan katanya, “Duduklah kalian keduanya, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”

Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Thalib sambil berkata, “Hai ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Rasulullah. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan qisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!”

Nabi menukas pula, “Allah telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”

Kemudian tampil pula kedua kakak beradik, Hasan dan Husein. “Hai Ukasyah! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung RAsulullah, dan qisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengqisas Rasulullah sendiri!”

Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan kata beliau:, “Duduklah kalian keduanya, wahai penyejuk mataku!”

Dan akhirnya Nabi berkata, “Hai Ukasyah! Pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil qisas!”

“Ya Rasul Allah! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak memakai kain di badanku,” kata Ukasyah.

Lantas tanpa bicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum muslimin yang hadir sambil menangis.

Maka tatkala Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera mendekat tubuh Nabi dan mencium punggung beliau sepuas-puasnya sambil berkata: “Tebusanmu Rohku ya RAsul Allah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengqisas engkau, ya Rasul Allah? Aku sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar Allah SWT dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka.”

Akhirnya berkatalah Nabi SAW, “Ketahuilah wahai para sahabat! Barangsiapa yang ingin melihat penduduk syurga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini.”

Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai mencium Ukasyah di antara kedua matanya. dan mereka berkata: “Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah saw di surga kelak!” [Islampos] 


Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW (bag 1)
Share this article :
Posted by: Abi Wanbul | Dunia dan Akhirat, Updated at: 14.17

0 komentar:

Posting Komentar

 
Site : Home | SMS Gratis | Rebate Forex | Parse HTML
Copyright © 2013. Wanbul - All Rights Reserved
Template Design by MasKolis Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger