Mengintip Sistem Pendidikan Sekolah Dasar di Inggris | Wanbul
Home » » Mengintip Sistem Pendidikan Sekolah Dasar di Inggris

Mengintip Sistem Pendidikan Sekolah Dasar di Inggris


Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia tahun 2013 mulai akan diubah oleh Kementrian Pendidikan. Pelajarannya akan direduksi hanya ke empat mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Matematika (Sumber:Kompas.com). Sementara itu, pelajaran IPA, IPS dan lain-lain akan diintergasikan dalam empat mata pelajaran di atas (Sumber: Kompas.com)

Dengan perubahan kurikulum ini ada yang mendukung dan ada yang sedikit kecewa. Bagi yang setuju, tentu saja alasannya adalah karena rencana kurikulum baru tersebut lebih manusiawi bagi anak. Anak tidak dipaksa berfikir terlalu keras akan pelajaran-pelajaran IPA dan IPS. Harapannya dengan kurikulum yang lebih ringan ini, anak-anak tidak tertekan dan bisa menyerap materi pelajaran lebih baik. Selain itu ada harapan juga dengan kurikulum baru bisa mengubah pola berfikir anak yang dulunya cenderung menghafal sekarang lebih pada pemahaman isi pelajaran. Sementara bagi yang tidak setuju dengan perubahan kurikulum, biasanya karena khawatir jika kurikulum yang terlalu ringan, anak-anak tidak semakin pintar. Mereka beranggapan, semakin mudah pelajaran, semakin menjadikan anak tidak pintar dan sebaliknya semakin berat pelajarannya semakin mencerdaskan.

Terlepas dari pro dan kontra itu, sepertinya lebih banyak yang menyetujui kurikulum baru pemerintah. Lantas, pertanyaannya apakah guru-guru sudah siap? Bagaimana dengan guru-guru yang sudah terlanjur mengajar IPA dan IPS? Mau dikemanakan mereka?

Mari kita melihat bagaimana sekolah dasar di Inggris dimana Inggris menjadi salah satu negara yang dinilai bagus pendidikannya (Detiknews.com).

Kurikulum di Inggris untuk anak SD sangatlah ringan. Pelajarannya hanya reading,writing, speaking, listening & Math. Ini yang dilaporkan di progress report anak-anak. Jika kita cermati, intinya hanya dua mata pelajaran yaitu bahasa yang dijabarkan di dalam empat kemampuan dan matematika.

Bagaimana pelajaran-pelajaran itu diajarkan di kelas?

Tiap hari senin anak belajar beberapa 10-20 kata. Guru mendiktekan kata-kata, dan anak menuliskan di buku kecil yang diberi oleh sekolahan. Dari sini anak belajarlistening, writing sekaligus reading. Begitu selesai didekte, guru mengoreksi pekerjaan anak-anak. Kemudian guru memberikan lembaran kertas berisi daftar kata-kata yang telah didiktekan tadi. Di lembaran itu, kata-kata yang salah tulis dikasih highlightmenggunakan stabilo warna. Jika anak tidak melakukan kesalahan atau salahnya sedikit, guru akan menambah 5 kata lagi di lembaran daftar kata. Kemudian lembar kata-kata tadi dibawa pulang untuk dipelajari di rumah. Guru sudah menyiapkan tiga kolom di lembaran itu, untuk membantu orangtua mengoreksi listening, reading, writingdan spelling kata-kata itu di rumah. Hari jumat, kata-kata itu didiktekan lagi ke anak-anak untuk evaluasi sejauh mana anak bisa melakukan keempat kemampuan itu. Pengucapan akan otomatis bisa jika mereka bisa mendengar dengan baik, itu yang pernah saya dengar dari seorang guru bahasa Inggris saya yang berasal dari Irlandia.

Selain menulis kata-kata, anak juga belajar menulis serangkaian kalimat dalam suatu paragraf atau beberapa paragraf. Tapi itu bukan pelajaran mengarang atau menulis fiksi, tetapi menulis suatu tulisan dimana anak diajak belajar berfikir secara ilmiah, logis dan runtut. Tentu saja, standar level menulis anak kelas 1 lebih mudah dibandingkan dengan yang kelas 6. Pemerintah Inggris sudah memmiliki standard nasionalnya. Begitu juga dengan empat kemampuan lain dan pelajaran matematika.

Belajar membaca juga tidak hanya melalui kata-kata yang didiktekan saja, tetapi juga dengan membaca buku. Ya, membaca buku diharuskan bagi setiap anak. Setiap Senin, anak dipinjami buku-buku yang harus dikembalikan senin berikutnya. Bukunya bermacam-macam, tergantung minat anak dan anak bisa memilih sendiri di perpustakaan sekolah. Umumnya yang dipinjamkan adalah buku-buku fiksi. Setelah meminjam buku, guru akan meminta anak membacakan buku. Ini untuk belajar membaca sekaligus pengucapan. Setelah guru mendengarkan anak membaca, guru meminta anak untuk menceritakan kembali menggunakan bahasa mereka. Tidak hanya itu, guru juga menanyakan beberapa hal yang sudah disebutkan dalam buku tersebut. Ini berarti belajar memahami isi buku. Tetapi tidak ditulis, melainkan diucapkan langsung oleh si anak. Ini juga sekaligus mengajarkan kemampuan berbicara dan melatih daya ingat anak melalui pemahaman, bukan hafalan.

Sedangkan, untuk melatih kemampuan berbicara (speaking) anak juga diajak untuk berdiskusi. Di sini anak dikelompokkan dalam beberapa kelompok, kemudian guru memimpin diskusi.

Tidak hanya belajar mendengar, membaca, menulis dan berbicara, pelajaran matematika tentu saja juga dipelajari. Pelajaran matematika tidak jauh beda dengan di Indonesia. Pada dasarnya, matematika itu hanya penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian. Hanya saja, pelajaran matematika di Inggris sepertinya lebih ditekankan pada aspek pemahaman anak akan proses mendapatkan hasil, bukan mendapatkan hasil yang benar semata.

Pemahaman proses di sini juga bukan berarti guru memberikan jalan penyelesaian matematika, tetapi si anak masih diberi kesempatan menyelesaikan masalah matematika dengan cara dia sendiri. Guru hanya mengarahkan jika anak menggunakan logika yang salah. Tentu saja, suatu logika yang benar pasti akan menghasilkan hasil yang benar. Sebaliknya, logika dan salah, sudah barang tentu akan menghasilkan hasil yang salah. Itulah matematika. Jadi, anak menggunakan cara penyelesaian yang tidak sama dengan gurunya, masih dibenarkan, asal logika anak masuk akal. Malah bisa jadi si anak bisa mendapatkan nilai lebih tinggi dari standard nilai matematika seumur dia. Kerena pelajaran matematikanya tidak hanya latihan menghitung, tetapi memahami menghitung.

Ya, di Inggris di level sekolah dasar hanya belajar bahasa dan matematika saja. Lantas dimanakah pelajaran Science atau Social Sciences? Pelajaran-pelajaran itu diintegrasikan di dalam kegiatan mendengar, membaca, menulis, dan berbicara, mungkin juga ke matematika. Apa bisa? Jelas bisa. Inggris menganut sistem tematik. Tiap semester ada temanya, misal temanya tentang kehidupan laut dan hutan hujan tropis.

Bagaimana mengintegrasikan pelajaran itu dengan tema? Sebagai contoh, misal temanya tentang kehidupan laut. Kata-kata yang didiktekan tiap hari senin adalah kata-kata tentang laut. Misal hiu, paus, lumba-lumba, batu karang, ombak, koral, rumput laut dan seterusnya. Dari berbagai jenis ikan bisa dipelajari kehidupannya. Misal: apa ikan hiu? apa lumba-lumba termasuk ikan? bagaimana kehidupan ikan pari? bagaimana makan dan cara makannya, dan seterusnya. Ini bisa juga dikaitkan dengan kegiatan penangkaran ikan atau penyelamatan makhluk laut. Ini biasanya didiskusikan di kelas bersama teman-temannya, tentu dengan panduan guru. Dari sini jelas, guru harus memahami benar kehidupan laut agar tidak memberikan pemahaman yang keliru.

Dengan tema itu juga bisa digunakan sebagai bahan untuk mengasah kesenian anak. Misal dengan memberinya pekerjaan rumah menggambar kehidupan laut. Jika anak tidak pernah ke laut, anak diperbolehkan mencari tahu kehidupan laut di internet atau buku-buku yang sudah disediakan di sekolah. Melihat buku atau mendapatkan informasi dari internet ternyata tidak cukup, biasanya sekolah menyiapkan acara piknik ke tempat yang sesuai dengan tema. Jika temanya tentang kehidupan laut, berarti bisa juga pergi ke laut, ke akuarium besar seperti ke Sea Life Centre atau semacam Sea World atau cukup ke musium saja.

Bagaimana dengan ilmu sosial? Tentu saja sangat mudah dipelajari karena bisa dengan mudah didapatkan. Misal temanya tentang pasar. Dengan tema ini bisa dipelajari bagaimana transaksi jual beli, bagaimana memasok barang-barang di pasar, bagaimana distribusinya, proses perputaran uang. Ini sudah belajar ekonomi. Bisa juga mempelajari proses pembentukan pasar yang ini bisa juga dikenalkan peran pemerintah terhadap pasar dan bisa juga mempelajari bagaimana pemodalan. Macam-macam transaksi di pasar, juga bisa dipelajari untuk memahami kehidupan di pasar. Banyak sekali yang bisa dibahas di dalam pasar. Bahkan, mungkin dalam satu semester bisa-bisa masih belum cukup mengupas isi pasar.

Pelajaran tematik ini mau tidak mau mengharuskan guru memiliki pemahaman yang bagus. Mungkin di sinilah peran guru IPA dan IPS itu. Mereka masuk di kelas-kelas ketika membutuhkan pemahaman lebih detail mengenai IPA dan IPS. Ini berarti ada lebih dari satu guru di kelas. Ada guru kelas, dan ada guru yang memegang keahlian tertentu misal matematika, IPA dan IPS.

Lantas, bagaimana mengevaluasinya? Sekolah di Inggris lebih menekankan pada proses, bukan hasil semata. Memang, anak yang hasil belajarnya bagus mendapat apresiasi dengan diberi Head Teacher Award. Tetapi anak yang rajin dan anak yang perilakunya bagus juga mendapatkannya. Meski ada award-award-an, sekolah tidak mengajarkan anak supaya bersaing dengan orang lain, tetapi berupaya menjadi lebih baik daripada kemarin.

Dari sini anak tidak akan merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat atau lebih tinggi dari orang lain. Tetapi lebih ke menjadikan dirinya sebagai orang selalu selalu ingin memperbaiki diri dan rendah hati meski sebenarnya dia adalah anak yang terpandai di kelas.

Semoga Indonesia menyiapkan dengan baik kesiapan guru-guru pengajar dan segala perangkatnya. Agar kurikulum baru yang akan diterapkan menghasilkan anak didik yang berkualitas. (Septin PA/kompasiana)
Share this article :
Posted by: Abi Wanbul | Dunia dan Akhirat, Updated at: 22.42

0 komentar:

Posting Komentar

 
Site : Home | SMS Gratis | Rebate Forex | Parse HTML
Copyright © 2013. Wanbul - All Rights Reserved
Template Design by MasKolis Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger